Dari KH Ahmad Dahlan Hingga Prof Dr Haedar Nashir | Berita Populer Lazismu
DARI KH AHMAD DAHLAN HINGGA PROF DR HAEDAR NASHIR
Oleh: Abdul Hakim, M.Pd.I
Sabtu, 18-20 Nopember 2022 nanti, Muhammadiyah-Aisyiyah akan menyelenggarakan Muktamar ke-48. Perhelatan besar yang akan dilaksanakan di Solo ini akan memilih kepemimpinan baru periode 2022-2027. Sebagai organisasi sosial keagamaan terbesar, Muhammadiyah telah tegak berdiri kokoh, mengukir prestasi besar dalam bidang dakwah, pendidikan, sosial, ekonomi dan kesehatan. Sejumlah tokoh besar telah lahir dari ormas Islam yang berusia lebih dari satu abad ini. Berikut ini adalah para pemimpin yang berada di puncak kepemimpinan Muhammadiyah sejak berdiri hingga menjelang muktamar ke-48 ini.
Pertama, KH Ahmad Dahlan. Putra KH Abu Bakar bin Sulaiman. Lahir di Kauman Yogyakarta tahun 1868. Wafat pada tahun 1923. Ulama besar dan kharismatik, pendiri Muhammadiyah, dan tokoh pembaharuan Islam yang menerima gelar pahlawan nasional. Beliau memimpin sejak 1912 hingga 1923.
Kedua, KH Ibrahim. Lahir di Kampung Kauman Yogyakarta 7 Mei 1874. KH Ahmad Dahlan berwasiat agar kepemimpinan selanjutnya diserahkan kepada KH Ibrahim, ulama ahli Alquran. Beliau memimpin Muhammadiyah lebih sepuluh tahun, sejak 1923 hingga 1934.
Ketiga, KH Hisyam. Murid KH Ahmad Dahlan ini lahir di Kampung Kauman Yogyakarta pada tahun 1883. Ulama dalam Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat. Dikukuhkan sebagai pimpinan Muhammadiyah sejak 1934 hingga 1936. Berkat kepemimpinannya, berbagai pendidikan Muhammadiyah berkembang pesat.
Keempat, KH Mas Mansyur. Lahir di Surabaya pada 25 Juni 1896. Putra KH Mas Ahmad Marzuki. Ulama keturunan bangsawan Sumenep Madura. Memimpin Muhammadiyah pada 1937 hingga 1943,
Kelima, Ki Bagus Hadikoesoemo. Lahir di Yogyakarta 24 Nopember 1890. Memimpin Muhammadiyah lebih sepuluh tahun, sejak sebelum kemerdekaan, tahun 1942 hingga 1953.
Keenam, Buya AR Sutan Mansyur. Kelahiran Maninjau, Sumatera Barat 15 Desember 1895. Ulama besar Sumatra ini memimpin Muhammadiyah periode 1953-1959 melalui Kongres. Ke-32 di Banyumas dan ke-33 di Palembang. Beliau banyak mendirikan cabang Muhammadiyah di Sumatra Barat, Minangkabau, Riau, dan Kalimantan.
Ketujuh, KH Yunus Anis. Lahir di Kampung Kauman Yogyakarta pada 3 Mei 1903. Terpilih memimpin Muhammadiyah pada Muktamar ke-34 di Yogyakarta, periode 1959 - 1962. Pada masanya lahir Rumusan Kepribadian Muhammadiyah.
Kedelapan, KH Ahmad Badawi. Lahir di Kauman Yogyakarta pada 5 Pebruari 1902. Putra ulama besar KH Muhammad Fakih. Dikukuhkan sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah pada Muktamar ke-35 periode 1962-1965 dan Muktamar ke-36 periode 1965-1968 di Bandung.
Kesembilan, KH Faqih Usman. Ulama kelahiran Gresik, Jawa Timur, 2 Maret 1904. Dikukuhkan sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah pada Muktamar ke-37 th 1968 di Yogyakarta. Memimpin sejak 1868 hingga 1971.
Kesepuluh, KH AR Fachruddin. Dilahirkan di Cilangkap, Purwangga, Pakualaman Yogyakarta pada 14 Pebruari 1916. Terpilih memimpin Muhammadiyah selama tiga kali berturut-turut sejak 1971 hingga 1990. Meninggal pada 17 Maret 1996 di Jakarta dalam usia 79 th.
Kesepuluh, KH A. Azhar Basyir, MA. Dilahirkan di Yogyakarta 21 Nopember 1928. Meninggal pada 28 Juni 1994. Alumnus Universitas Darul Ulum Mesir ini dikukuhkan sebagai Ketua Umum Muhammadiyah pada Muktamar ke 42 di Yogyakarta.
Kesebelas, Prof. Dr. HM Ain Rais, MA. Tokoh reformasi ini lahir di Surakarta, 26 April 1944. Intelektual muslim alumnus Universitas Chicago ini memimpin Muhammadiyah selama tiga tahun, sejak 1995 hingga 1998.
Keduabelas, Prof. Dr. H. A. Syafii Ma’arif. Lahir di Sumpurkudus, Sumatera Barat 31 Mei 1935. Peraih doktor pada Universitas Chicago th 1993 ini mendapat amanat memimpin Muhammadiyah melalui Sidang Pleno. Pada Muktamar ke-44, menerima mandat sebagai Ketua Umum periode 2000 hingga 2005.
Ketigabelas, Prof. Dr, H.M. din Syamsuddin. Lahir di Sumbawa Besar pada 31 Agustus 1958. Secara resmi menjabat Ketua Umum PP Muhammadiyah melalui Muktamar ke-45 di Malang periode 2005-2010. Kepemimpinannya berlanjut dua periode hingga 2015 hasil Muktamar ke-46 di Yogyakarta.
Keempatbelas, Prof. Dr. Haedar Nashir. Lahir di Bandung pada 25 Pebruari 1958. Terpilih sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah melalui Muktamar ke-47 di Makassar periode 2015-2022.
Selama satu abad lebih Muhammadiyah telah membuktikan sebagai organisasi dan gerakan tajdid Islam terbesar yang melahirkan banyak tokoh dan karya besar baik dalam bidang dakwah, pendidikan, sosial, kesehatan.
Menyongsong Muktamar ke-48 yang akan berlangsung di Solo, semua pihak berharap Muhammadiyah kian memperkokoh diri sebagai organisasi dengan kepemimpinan yang solid, siap menghadapi era milenial yang sarat dengan berbagai tantangan global baik dalam bidang agama, informasi, sosial, ekonomi, hukum, politik, pendidikan dan lingkungan.
Komentar
Posting Komentar