Mata Hati: Japri (Jaringan Pribadi) | Berita Populer Lazismu
JAPRI
( Jaringan Pribadi )
Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali hanya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus
Segala puji hanya milik Allah ‘Azza wa Jalla sebagai pencipta dan penyedia semua kebutuhan makhluk-Nya dan sekaligus sebagai pemilik tunggal atas segalanya.
Shalawat dan salam semoga selalu tersampaikan kepada nabi Muhammad saw sosok agung dan sebagai teladan dalam semua sendi kehidupan manusia
Saat kita mengirim atau dikirimi whatsapp oleh seseorang melalui jaringan pribadi, maka sudah pasti orang lain tidak akan pernah tahu apa isi pesan tersebut, karena bersifat rahasia dan tersembunyi. Demikian juga seyogyanya dalam hal ibadah kita.
Tersembunyinya amalan kita, lebih berpotensi untuk tingkat keikhlasan yang lebih tinggi. Membanggakan diri, takabbur bahkan ujub lebih bisa ditekan. Diibaratkan manakala tangan kanan berbuat baik, maka tangan kiri jangan sampai tahu.
Saudaraku, semakin tinggi bentuk keikhlasan seorang hamba, maka semakin tinggi pula bentuk cintanya kepada Allah swt. Semua gerakan persendiannya hanya diniatkan untuk ibadah dan menggapai ridha-Nya.
Orang yang tingkat ikhlasnya tinggi, maka saat beramal dia tidak butuh kamera, tidak butuh tepuk tangan, tidak butuh juga ucapan selamat dan penghargaan. Dia hanya fokus kepada janji Allah swt untuk setiap amal kebaikan para hamba-Nya.
Allah swt berfirman yang artinya : “ Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a kepada Ku. Maka hendaklah mereka memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada Ku, agar mereka selalu agar mereka selalu berada dalam kebenaran “. ( Q.S, Al-Baqarah ayat 186 ).
Ayat ini menegaskan kepada kita bahwasanya Allah swt itu sangat dekat. Para hamba-Nya tidak usah ragu dan sangsi akan kedekatan-Nya. Allah swt juga pasti akan mengabulkan setiap do’a para hamba-Nya.
Panjatan do’a hamba kepada Tuhannya harus tanpa ada perantara. Allah swt akan mengabulkan do’a selama manusia mau memenuhi perintah-Nya. Misalnya, menyembah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan Dia dengan siapa dan apapun.
Ringkasan riwayat dalam sebuah hadist dari Abu ‘Abdir Rahman yaitu ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhuma, beliau mendengar Rasulullah saw bersabda tentang tiga orang yang terjebak dalam sebuah gua yang tertutupi oleh batu yang besar. Mereka berkata bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan mereka semua kecuali dengan memohon kepada Allah swt melalui amalan terbaik.
Orang pertama berdo’a : Ya Allah, saya punya ibu bapak yang sudah tua. Saya tidak pernah memberikan minum kepada siapapun kecuali beliau berdua meminumnya terlebih dahulu. Suatu hari saya terlambat datang dan mendapati keduanya sudah tertidur pulas. Saya enggan untuk membangunkan keduanya, sehingga saya tunggu keduanya sampai bangun dan memberikan minuman tersebut. Wahai Allah, jikalau amalanku ini hanya mengharap ridha-Mu, maka geserlah batu besar tersebut. Batu itu bergeser, namun mereka belum bisa keluar.
Orang kedua berdo'a : Ya Allah, pamanku punya putri yang cantik dan aku menyukainya. Aku pun sangat menginginkannya, namun dia selalu menolak. Hingga berlalu beberapa tahun ia mendatangiku karena butuh uang. Aku pun memberinya uang tapi dengan syarat dia mau berzina dengan diriku. Ia pun mau, hingga saat aku hendak menggaulinya, dia berkata : “ Tidak halal bagimu membuka cincin kecuali dengan cara yang benar “. ( maksudnya : barulah halal dengan nikah ). Aku pun kaget, dan meninggalkannya dirinya bersama uang yang aku berikan kepadanya. Ya Allah, jika amalanku ini hanya mengharap ridha-Mu, maka geserlah batu yang menutupi gua ini. Maka batu itu pun bergeser lagi tapi ketiganya belum bisa keluar.
Orang ketiga berdoa’a : Ya Allah, aku dahulu punya beberapa pegawai dan aku rutin memberi upah mereka. Namun ada satu yang tertinggal yang belum aku berikan upah tersebut. Uang upah itu lalu aku kembangkan hingga menjadi harta yang melimpah. Suatu hari pegawai ini datang dan meminta upahnya, lalu aku jawab : “ Bahwa setiap yang kamu lihat dari harta benda ( onta, kambing, sapi dan budak ) adalah upahmu “. Dia berkata : “ Wahai hamba Allah, janganlah kamu bercanda “. Maka aku pun menjawab: “ Aku sedang tidak bercanda “. Maka ia pun mengambil semuanya dan tidak tersisa sedikitpun. Ya Allah, jikalau amalanku ini hanya mengharap ridha-Mu, maka geserlah batu yang menutup gua ini. Maka bergeserlah batu tersebut dan ketiganya keluar lalu berjalan. ( HR. Al-Bukhori nomor 2272 dan Muslim nomor 2743 )
Jaringan Pribadi antara makhluk dengan Tuhannya merupakan senjata ampuh dalam menghadapi segala persoalan hidup. Berdoa’lah hanya kepada-Nya, tanpa menyekutukan-Nya.
Komentar
Posting Komentar