Konsulkes Lazismu: HAPPY HEPOXIA SYNDROME | Berita Populer Lazismu
TANYA:
Assalamu’alaikum Wr Wb.
Pengasuh Konsultasi Kesehatan Lazismu Surabaya yang dirahmati Allah. Masih di
era Pandemi ini, banyak kita temukan seseorang yang tidak merasa sesak, tapi
ternyata darahnya kekurangan Oksigen. Bagaimana ini bisa terjadi? Mohon
penjelasannya.
mbok_nah@gmail.com
JAWAB:
Wa’alaikumussalam Wr Wb.
Mbok Nah yang lagi bingung. Pada kesempatan ini, perlu kami sampaikan bahwa keilmuan
tentang Covid-19 ini menjelang Milad Covid (Maret 2021), kemampuan manusia belum
100% mengetahui pola penyakitnya (cara penularan, onset, gejala, dll), termasuk
vaksin dan terapi (obat) nya. Kenapa? Karena Allah ciptakan virus ini dengan
'kecerdasan' yang luar biasa (kehebatan daya adaptasi, kemampuan ber mutasi
(berubah bentuk), kekuatan menyerang (virulensi) yang terus meningkat). Maka,
banyak 'hal baru' yang terjadi di pasien Covid-19, sehingga penyakit ini dijuluki
'penyakit dengan seribu wajah'. Termasuk pertanyaan diatas. Kondisi itu disebut
Happy Hipoxia Syndrome, sebagai
gejala tersembunyi.
Tanpa demam, batuk, flu, atau gejala umum layaknya pasien Covid-9 lainnya, pasein positive Covid-19 dilaporkan meninggal secara mendadak. Setelah diperiksa, ketiganya diketahui mengalami gejala ‘Happy Hypoxia’. Pihak rumah sakit pun, baru menemukan pasien dengan gejala ini, setelah dilakukan pemeriksaan saturasi oksigen dengan alat pulse Oxymeter. Jika pada kondisi normal, kadar oksigen dalam darah (saturasi) 95-100%. Namun pada penderita, kadar oksigennya turun sampai dibawah 50%. Padahal sebelumnya, pasien terlihat baik dan masih dapat beraktivitas seperti biasa.
Belakangan ini banyak dilaporkan pasien Covid-19 mengalami happy hypoxemia syndrome atau happy hypoxia. Yakni, kondisi seseorang dengan kadar saturasi oksigen rendah, padahal hasil analisis gas darah arteri BGA (Blood Gas Analysis) menunjukkan tanda gagal napas, tapi pasien tidak mengalami gangguan atau keluhan apapun. Yang menarik perhatian tim medis saat ini adalah, mengapa pasien tersebut sejak awal tidak menunjukkan gejala hypoxia seperti, misalnya, sesak napas, gelisah, dan tubuh yang makin melemah. Kondisi ini sangat membingungkan bagi dokter karena sangat bertentangan dengan konsep biologi dasar. Kalau dilihat dari patogenesis-nya, gejala sesak napas baru mulai tampak setelah jaringan paru mulai mengalami kondisi rusak berat. Maka gejala sesaknya baru muncul, dan jika tidak segera ditangani, nyawa pasien akan terancam.
Studi yang diterbitkan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine melibatkan 16 pasien Covid-19. Level kadar oksigen dalam tubuh mereka diperiksa lebih dulu dengan pulse oxymeter, hasilnya semua kasus pasien terkait dengan happy hypoxia atau silent hypoxemia, kadar saturasi oksigen nya rendah dan tanpa keluhan. Kenapa? Karena saat kadar oksigen turun, otak tidak merespons, sampai oksigen turun ke tingkat yang sangat rendah, baru pasien merasakan sesak napas, dan biasanya sudah pada kondisi yang sulit tertolong. Tulisan dan riset Prof. Dr Tobin dari Loyola University Chicago Stritch School of Medicine berjudul Why Covid-19 Silent Hypoxemia is Baffling to Physicians dipublikasikan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, menyatakan bahwa Happy Hypoxia sangat membingungkan dan sulit dipahami dokter karena bertentangan dengan biologi dasar. Jika pasien Covid-19 mengalami hal tersebut, maka peneliti menyarankan beberapa pengobatan yang dapat dilalui. Seperti memberikan oksigen tambahan kepada penderita. Tekniknya cukup beragam sesuai kondisi pasien, termasuk memasang kanula hidung, ventilasi mekanis dan ruang hiperbarik.
Pencegahan
Meski tampak
menakutkan, namun Happy Hypoxia dapat berusaha dicegah pada beberapa individu
yakni dengan menghindari keadaan yang membuat kadar oksigen dalam darah menjadi
rendah, dengan cara:
A. Berada di lingkungan yang menyediakan banyak oksigen.
B. Konsumsi makanan bergizi.
C. Periksa Analisis Gas Darah Arteri dan pengecekan saturasi secara berkala walau kondisi terlihat baik.
D. Latihan pernapasan.
E. Terapkan gaya hidup sehat: olahraga rutin, minum air putih yang cukup, dan berhenti merokok
Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah
untuk mengembalikan pasokan oksigen ke sel dan jaringan, sehingga organ tubuh
dapat bekerja dengan baik dan tidak terjadi kematian jaringan. Pengobatan juga
ditujukan untuk mengatasi penyebab yang mendasarinya. Pengobatan yang bisa
dilakukan antara lain:
A. Pemberian Oksigen, untuk meningkatkan kadar oksigen di dalam tubuh pasien melalui: Masker atau selang hidung (nasal kanul), Terapi hiperbarik atau melalui Alat bantu napas (ventilator).
B. Pemberian Obat, golongan kortikosteroid, untuk meredakan peradangan di paru-paru
Demikan jawaban dari
kami, perlu disadari, terkait Covid-19 bahwa akan muncul beberapa fenomena baru
di kemudian hari. Semoga Allah memberi kita kesehatan yang optimal, dihindarkan
dari penyakit apapun dan Pandemi ini segera berakhir. Aamiin. Wassalamu'alaikum Wr Wb.
Komentar
Posting Komentar