Ikhtiar Bagian Dari Perjuangan | Berita Populer Lazismu
IKHTIAR
BAGIAN PERJUANGAN
Oleh
: Drs. Andi Hariyadi, M.Pd.I
Al Qashash 20 – 21
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَجَآءَ رَجُلٌ مِّنْ أَقْصَا الْمَدِينَةِ يَسْعٰى قَالَ يٰمُوسٰىٓ إِنَّ الْمَلَأَ
يَأْتَمِرُونَ بِكَ لِيَقْتُلُوكَ فَاخْرُجْ إِنِّى لَكَ مِنَ النّٰصِحِينَ
فَخَرَجَ مِنْهَا خَآئِفًا يَتَرَقَّبُ ۖ قَالَ رَبِّ نَجِّنِى مِنَ الْقَوْمِ الظّٰلِمِينَ
20. Dan datanglah seorang laki-laki dari
ujung kota bergegas-gegas seraya berkata: "Hai Musa, Sesungguhnya pembesar
negeri sedang berunding tentang kamu untuk membunuhmu, sebab itu keluarlah
(dari kota ini) Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang memberi nasehat
kepadamu".
21. Maka keluarlah Musa
dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir, Dia berdoa: "Ya Tuhanku,
selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu".
Perjuangan
para Nabi dan Rasul pada ummat di jamannya benar-benar pribadi pilihan yang
begitu sempurna spiritual dan peribadatan serta ketaatan padaNya, juga begitu
tangguh, kuat dan tegar dalam interaksi dan komunikasi sosial serta hebat dalam
pengaturan strategi yang bukan berdasar ke-akuan yang dikedepankan tetapi
terbimbing wahyu yang mencerahkan. Keterbimbingan wahyu dalam peran perjuangan
membuktikan ketaatan pada-Nya, karena ada ilmu sebagai (hudan) petunjuk
kebenaran, petunjuk perjuangan, yang menjadi bentuk ikhtiar kehidupan.
Melalui
Al Qur’an kita bisa menemukan banyak kisah perjuangan Nabi Musa as, yang bukan
sekedar wacana dan historis saja tetapi perlu menjadi wawasan, strategi dan
keteladanan untuk diimplementasikan dalam kehidupan. Kekuatan dan ketegaran
Nabi Musa as tidaklah diragukan lebih lebih ketika berhadapan dengan
penguasa-penguasa yang arogan dan penuh kesewenangan,dan Musa as masih mau
menerima masukan informasi dan nasehat untuk keluar meninggalkan kotanya dari
upaya konspirasi pembunuhan yang direncanakan secara masif dan terstruktur,
kemudian Musa as pun keluar dari kotanya sebagai bentuk ikhtiar sambil berdoa
memohon keselamatan kepada Allah SWT, sebagai bentuk pencerahan spiritual. Hal
ini bukanlah ketakutan lari dari para pembesar yang zalim, tetapi lari untuk
mendekatkan diri pada Allah SWT.
Ayat
di atas semakin membuka wawasan pengetahuan dan spiritual kita, bahwa ikhtiar
sebagai bentuk atau upaya untuk mencapai apa yang diharapkan dan tercapai kesuksesan,
dan dalam berikhtiar membutuhkan ilmu sebagai daya dukung tercapainya tujuan
sekaligus terhindar dari hal – hal yang tidak diinginkan. Berikhtiar merupakan proses perjuangan dan
bagimana hasilnya kita serahkan kepada Allah SWT.
Seperti
kita ketahui dan rasakan bersama, bagaimana pandemi Covid-19 ini menjadi
persoalan global, merubah tatanan kehidupan, dan berdampak multi kompleks baik
dari aspek kesehatan, ekonomi, pendidikan dan peribadatan serta lainnya,
sehingga mempengaruhi cara pandang atau berpikir sekaligus keyakinan dalam
mensikapi keadaan tersebut. Ada yang berikhtiar menerapkan protokol kesehatan
dan vaksinasi, ada yang enggan menerapkan protokol kesehatan apalagi divaksin
bahkan dengan arogannya menfitnah, mengejek, menghina dan bahkan memusuhi
dengan berbagai cara tanpa dukungan ilmu yang memadai, diantaranya seperti narasi narasi yang tersebar dimedia
sosial yang ada, seakan apa yang dilakukan ini sudah sesuai perintah agama, dan
yang menerapakan protokol kesehatan itu karena takut dengan virus Corona.
Berikhtiar
sebagai bagian dari perjuangan dengan menerapkan protokol kesehatan dan
vaksinasi bukannya karena takut dengan Corona, justru inilah refleksi dari
keimanan yang hanya takut kepada Allah SWT untuk berusaha menjaga diri
sekaligus mencari solusi bagimana bisa mengakhiri pandemi dan persebaran
Covid-19. Mengingat sudah setahun pandemi Covid ini belum berakhir dan bahkan
akhir – akhir ini pertambahannya semakin meningkatkan, disamping tingkat
kesembuhan juga meningkat, maka semangat berikhtiar harus terus ditingatkan,
jangan sampai dikalahkan dengan narasi – narasi provokasi yang tidak berdasar,
bahkan memberikan alasan pembenaran secara spekulatif. Keteladanan berikhtiar
harus menjadi sikap hidup dalam perjuangan ini, seperti berikhitar dengan sikap
tidak mudah putus asa atas kebenaran yang ada (Al Kahfi 23 -24), tetap
bersungguh-sungguh, bekerja keras dan cerdas (Al Jumu’ah : 10), terdepan
melakukan perubahan yang lebih baik (Ar Ra’du:11).
Keteladanan
berikhtiar merupakan bagian dari perjuangan para Nabi dan Rasul-Nya, ikhtiar
kita bukanlah kesia-siaan, justru bermakna dalam suksesnya perjuangan, sehingga
tidak ada keraguan lagi ketika layar ikhtiar sudah dibuka lebar, terus bergerak
mengarungi samudra yang penuh tantangan, jadikan ikhtiar ini sebagai wujud
ketaatan pada-Nya. Berikhtiar saat Pandemi Covid-19 disamping menerapkan
protokol kesehatan juga mampu berkarya untuk meneliti dan menemukan sarana kesembuhan.
Pandemi
Covid-19 ini seharusnya semakin menambah silaturrohim dan ukhuwah, tabayun dan
ishlah serta berta’awun karena banyak aspek kebaikan yang bisa kita lakukan (Ar
Rahman : 60), serta mampu mendalami berbagai ilmu dengan berbagai aspeknya,
sehingga terintegrasikan dalam sikap perjuangan sebagai bentuk ikhtiar dan
penguatan spiritual. Masih merebaknya narasi narasi monodisplin yang terus
disebarkan merupakan tantangan kita bersama, sehingga semangat belajar keilmuan
yang mencerahkan harus terus dimaksimalkan, keteladan berikhtiar dan spiritual
terus ditingkatkan. Jadikan ikhtiar kita menginspirasi perubahan yang lebih
baik dengan karya yang mengagumkan peradaban.
Drs. Andi Hariyadi,M.Pd.I
Ketua Majelis Pendidikan
Kader PDM Surabaya
Sekretaris MCCC Kota Surabaya.
Komentar
Posting Komentar