Jadilah Pemimpin Yang Ittiba' Kepada Rasululloh | Berita Populer Lazismu
Ustadz Abdul Hakim, MPdI (Lazismu)
LAZISMUSBY.COM
Allah Subhaanahuu Wata'ala Berfirman
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. QS Adz-Dzariyat 56”
Menjadi pemimpin itu keniscayaan. Alloh menegaskan dalam firman-Nya, “Sungguh Aku akan menjadikan khalifah di bumi !” Ya, khalifah itu pemimpin, “wakil” Alloh di bumi ini. Rosululloh saw menegaskan, setiap manusia adalah pemimpin. Karena mengemban amanat-Nya, prestis pemimpin itu tinggi, agung, sakral, dan mulia.
Eksistensi pemimpin itu sunnatulloh. Alloh sang Maha Pemimpin memilih manusia untuk mengemban amanat kepemimpinan dalam kapasitasnya sebagai khalifah, wakil-Nya. Jadi keberadaan pemimpin itu absolut. Tanpa pemimpin, kehidupan ini jadi liar dan anarkis. Seperti hutan rimba. Setiap orang bisa menghalalkan segala cara. Siapa yang kuat, dialah yang survive.
Salah memilih pemimpin, berat konsekuensinya. Akan terjadi konflik panjang. Pemimpin yang sewenang-wenang, otoriter, dictator, dan totaliter adalah buah getir dari kerancuan dalam memillih pemimpin.
Memimpin itu kemuliaan sebab di pundaknya ada amanat hablun minalloh yang harus ditunaikan. Pemimpin harus menjadikan totalitas kepemimpinan sebagai wasilah dan ladang ibadah. Memimpin dalam rangka menghamba, mengabdi dengan penuh taat hanya kepada-Nya. Menjadikan kitab suci sebagai pedoman atau referensi utama, serta Rosululloh Muhammad saw sebagai teladan kepemimpinannya.
Selain itu, pemimpin wajib menunaikan amanat hablun minannas. Pemimpin adalah pengikat hubungan social. Harmoni kehidupan social harus menjadi visi sekaligus misi kepemimpinannya. Kepemimpinan harus memberi manfaat social seluas-luasnya. Memimpin adalah ikhtiar mengembangkan, membimbing, menyejahterakan, melindungi, serta memuliakan harkat dan martabat manusia melalui pintu pendidikan, ekonomi, politik, social, hukum, dan budaya.
Memimpin adalah ruang keteladanan dalam memenuhi amanat vertical dan horizontal itu. Karena itu, pemimpin harus menjadi inisiator, inspirator, motivator, konseptor, inovator, edukator, serta fasilitator sesuai deskripsi amanat yang dipikulnya. Kepemimpinan itu memiliki konsekuensi ganda. Sukses atau gagal di dunia, bahkan di akhirat.
Bagaimanakah mewujudkan dua amanat kepemimpinan yang “berat” itu? Seorang motivator pernah menawarkan lima kiat kepemimpinan.
Pertama, pemimpin itu harus BENER. Bener aqidah, syariat, ibadah, dan akhlaqnya. Aqidah, syariat dan ibadah harus menjadi landasan visi dan misi kepemimpinan. Memimpin dalam rangka mengagungkan, memuji, dan memuliakan-Nya. Memimpin demi menjalankan syariat-Nya. Memimpin sebagai bagian ibadah sepanjang hayat, serta cermin keindahan akhlak. Memimpin demi menegakkan keadilan, serta mewujudkan kemaslahatan bersama.
Kedua, pemimpin itu harus PINTER. Demi mewujudkan visi dan misinya, pemimpin harus mampu mangelola sumber daya. Sumber daya manusia, alam, dan waktu sebagai sarana kepemimpinan dalam format program dan kerja terukur, termonitor, dan terkendali. Pemimpin karenanya harus memahami karakter dan potensi seluruh sumber daya dalam satu ikatan orchestra kerja yang padu dan harmoni. Pemimpin adalah dirijen system itu.
Ketiga, pemimpin itu harus SEGER. Seger jasmani dan ruhaninya. Sehat wal afiat. Tidak terbelit kasus atau problem ekonomi dan kesehatan yang bisa menjadi penghalang bagi kinerja yang diamanatkan kepadanya. Tidak menderita penyakit kronis, raga maupun jiwa. Dalam diri pemimpin harus bersemayam sifat tulus, jujur, peduli, tanggung jawab, empati dan simpati. Bukan egois, apatis, sombong, dengki, benci, dendam, rakus, bakhil, pemarah. Mampu menciptakan visi dan misi dalam kinerja penuh stamina hati, pikiran, dan jasmani.
Keempat, pemimpin itu harus KOBER. Ini persoalan waktu dan kesempatan. Pemimpin harus mencurahkan kepemimpinannya sepanjang waktu. Bila perlu, siang dan malam. Sesuai tuntutan amanat dan dedikasi yang harus dilaksanakan. Bagi pemimpin, sepanjang waktu adalah pelayanan. Memimpin ternyata kerja fulltime, bukan sisa wakru atau part time. Kober merumuskan dan menerjemahkan visi dan misi dalam gugus program kerja yang terukur. Kober menginspirasi, memotivasi, melakukan kordinasi dan konsolidasi seluruh potensi. Kober melihat, mendengar, merumuskan, dan melaksanakan mimpi-mimpi.
Kelima, pemimpin itu harus BANTER. Pemimpin itu harus memilliki ekstra “greget”. Memimpin itu laiknya seorang sprinter, “berlari mengejar deadline”. Demi mencapai target, pemimpin harus memiliki kinerja cepat, tepat, dan tetap. Apalagi berpacu demi melaksanakan amanat hablun minalloh dan hablun minannas. Demi menjawab tantangan, memberi solusi, memecahkan prpblem, menembus jalan buntu.
Memimpin itu memang seni membangun kebersamaan dalam sebuah system yang rancak, efektif dan efisien. Tetapi, memang tak ada gading yang tak retak. Tak ada pemimpin sempurna, selain Rosululloh Muhammad saw. Maka, tetaplah memimpin dengan ikhlas, cerdas, totalitas, dan tuntas.
Komentar
Posting Komentar